Monday, July 30, 2012

pongos jadi turis di Bangkok - part 4

2 comments
Hari terakhir di Bangkok, mulai berasa pegelnya, tapi banyak daftar oleh-oleh yang belum kebeli. Namanya juga orang Indonesia, kalau pulang jalan-jalan ngga beli oleh-oleh kok kayanya kurang lengkap. Itinerary awal maunya nyempetin ke Bangkok Art and Culture Center. Secara tinggal salto dari Lubd, tapi kerempongan beli oleh-oleh akhirnya bikin ngga sempet ke BACC, cuma numpang foto di depannya aja. Pagi-pagi sebelum berangkat, barang-barang udah beres di-packing semua, check out lalu nitip di penitipannya Lubd.


MBK Center
Banyak orang bilang kalau mau nyari oleh-oleh, di MBK Center lah tempatnya, karena lengkap apa aja ada. Setelah muter-muter, kami memang menemukan booth-booth yang jualan oleh-oleh, tapi barangnya hampir sama kaya di Chatuchak. Akhirnya nyari toko oleh-oleh makanan dan ketemu di lantai 2. Ati-ati kalau mau bawain oleh-oleh makanan, cek labelnya dulu, karena beberapa makanan mengandung babi. Atas rekomendasi Ibu Bos Mba Vinda, saya dan Lulu nyicip makanan di food court lantai 6. Pilihan kami jatuh pada Som Tam, salad pedas yang bahan utamanya adalah pepaya muda, ditambah irisan tomat, telur, kacang. Rasanya unik dan rame. Tapi cukup enak dimakan kalo lagi panas-panas, karena bikin seger. Penasaran pengen ngerasain Nestea Milk Tea, saya dan Lulu kemudian ngubek-ngubek satu-satunya swalayan di MBK Center. Dan ketemu! Langsung borong banyak buat oleh-oleh.


Siam Square
Di hari terakhir ini pula, akhirnya saya sempat menyambangi pasar kaget di bilangan Siam Square. Baju dan aksesoris yang dijual di sana memang lucu-lucu namun harganya lebih mahal bila dibandingkan dengan Chatuchak. 

Selesai urusan beli oleh-oleh, saya balik ke Lubd, ngaso-ngaso sambil nunggu yang lain balik. Ternyata Omie, Anggie, Dita sempet-sempetnya balik ke Platinum Mall buat beli baju lagi. Dan Choco dateng-dateng panik karena ngga nemu Nestea Milk Tea, akhirnya dibela-belain dia balik sendirian ke MBK Center lagi demi beli Nestea. 

Semua akhirnya selesai sekitar pukul 16.00. Pesawat yang akan membawa kami kembali ke Jakarta, berangkat pukul 20.00. Well, it's time for leaving Lubd and go straight to Svarnabhumi Airport. Untung Lubd di pinggir jalan gede, jadi ngga susah untuk nyetopin taksi. Tarif taksi dari tengah kota ke airport itu 400 baht. Berhubung kami ber-7 akhirnya naik 2 taksi deh. Ya kali muat gitu ber-7 plus koper-koper dan tentengan belanjaan dalam 1 taksi. 

Sore itu, macetnya Bangkok masih bisa ditolerir. Sampai di Svarnabhumi masih sempat buat wrapping-wrapping kantong belanjaan biar ngga rusak kalau masuk bagasi, masih sempat juga buat makan, ngocok arisan (iya ngocok arisan! yang menang Lulu, dapetnya uang baht :p) dan leyeh-leyeh. 


Yah walaupun ada lagi 1 drama sesaat sebelum naik pesawat. Lagi-lagi Mely bikin cerita. Akibat kelupaan beli oleh-oleh untuk gurunya, dia melipir muter-muter duty free Svarnabhumi sendirian dan lupa waktu, sampai udah saatnya kami semua masuk pesawat. Kebetulan kan ngga ada handphone ya. Terus gimana ngabarinnya coba. Akhirnya ngomong sama pramugari. Sang pramugari pun akhirnya buru-buru nyari toa untuk manggilin Mely. Untung belum sempet di-toa-in Mely muncul kucluk-kucluk dengan santainya. Kami yang dibawah teriak-teriak panik. "Mel, buruan, pesawat udah mau jalan!!!"

Alhamdulillah kami mendarat tepat waktu di Jakarta. Menyenangkan sekali pergi bareng-bareng The Pongos! Saking senengnya kami berniat ke Bangkok lagi tahun 2012. Penasaran pengen ke Wat Pho, Wat Arun, Jim Thompson House, Bangkok Art and Culture Center, mencoba cemilan seru seperti makan jangkrik dan ke red district Patpong! Semoga tahun ini bisa terlaksana semua. Till we meet again, Bangkok! 




Catatan Kecil Tentang Bangkok:
1. Bangkok punya cuaca yang mirip sama Jakarta. Jadi kalau untuk jalan-jalan siang-siang, lebih baik pakai baju yang nyaman dan menyerap keringat. Jangan lupa sunglasses biar ngga silau
2. Meskipun pengemudi di Bangkok sering ngebut dan jalan seradak-seruduk, tapi mereka masih menghormati sesama pengguna jalan. Buktinya jarang kedengeran ada yang membunyikan klakson. Kebanyakan dari mereka juga menghargai pejalan kaki. Ngga ada tuh ceritanya motor naik-naik ke atas trotoar demi menghindari macet
3. Para penjual di Bangkok udah tau kalau orang Indonesia itu doyan belanja, makanya bersikaplah manis dan sopan kalau lagi belanja, siapa tau bisa nawar lebih murah
4. Di Bangkok hanya ada toilet kering (tidak menyediakan air untuk cebok), maka selalu siap sedia tissue basah ya. Di Lubd pun toiletnya ngga ada kran airnya, jadi kalau mau buang air besar, saya biasa membawa botol aqua 1 liter bekas yang udah diisi air wastafel sebelumnya. Hehehehe..
5. Jika bepergian dalam jarak dekat dengan 4 orang atau lebih, ada baiknya menggunakan moda transportasi taksi untuk di dalam kota, tarif taksi di Bangkok sangat murah. Sering terjadi ongkos taksi ber-4 lebih murah daripada ongkos naik BTS ber-4. Tapi kalau mau nyoba naik BTS sih ya boleh aja
6. Kemacetan yang sering terjadi di jam pergi dan pulang kantor memang menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan para traveler dan turis yang akan pulang dari Bangkok, waktu menuju ke bandara mesti diperhitungkan baik-baik. Lebih baik jika sampai jauh lebih awal sebelum waktu check-in dan menunggu lama di bandara daripada ketinggalan pesawat

PS: foto diambil dari digicam Lulu dan Choco. Trimssss :)
Read full post »

pongos jadi turis di Bangkok - part 3

3 comments
Hari ketiga di Bangkok, itinerary-nya cukup padat dan cukup turis, karena mengunjungi destinasi-destinasi wisata yang mainstream. Lah emang dari kemarin kurang mainstream apa? :p Mulai dari jalan-jalan ke Grand Palace, melihat patung The Sleeping Buddha di Wat Pho dan melihat cantiknya Wat Arun, belanja di Platinum Fashion Mall, dan ketemu superstar dunia di The Madame Tussauds Wax Museum. Kami berangkat jam 09.00 seperti biasa, nyari sarapan di 7-11 lalu naik BTS menuju Chao Phraya. Yes, the famous Chao Phraya River.



Chao Phraya River
Chao Phraya adalah sungai utama di Thailand. Membelah kota Bangkok hingga ke Teluk Thailand. Banyak destinasi wisata yang dilalui oleh sungai Chao Phraya ini diantaranya Grand Palace, Wat Arun, Wat Pho, Chinatown, Indian Market, Museum of Siam dan lain sebagainya. Dari beberapa buku panduan Bangkok yang saya baca, sebenarnya mengunjungi Grand Palace bisa melewati jalan darat selain melalui Chao Phraya, cuma biar sekalian bisa liat kaya apa sih Chao Phraya itu, akhirnya kami memutuskan ke Grand Palace lewat Chao Phraya. Seperti biasa, kami naik BTS dari stasiun National Stadium, transit di Siam lalu lanjut ke stasiun Saphan Taksin (30 baht). Dekat Saphan Taksin, ada dermaga Central Pier yang menjadi tempat pemberangkatan kapal untuk mengarungi Chao Phraya. Ada beberapa jenis kapal yang bisa dipilih untuk mengarungi sugai terbesar di Thailand ini, kapal ekspres, kapal sedang-sedang aja sampai kapal ekonomi, yang dibedakan berdasarkan harga tiket per orangnya. Berhubung banyak destinasi yang mau kami kunjungi di sekitaran Chao Phraya, akhirnya kami menaiki kapal yang sedang-sedang aja dan membeli tiket terusan seharga 150 baht. Tiket terusan ini bisa dipake mondar-mandir naik kapal dari mulai pukul 09.00 sampai pukul 16.00. Sebenarnya bisa aja beli tiket per perjalanan bukan tiket terusan, biasanya hanya dipungut bayaran 5-10 baht per orang, cuma biar lebih praktis dan dapet booklet mini Chao Phraya, jadi kami memilih tiket terusan.






Chao Phraya airnya ngga bersih-bersih amat, tapi ngga bau. Pemandangan di bantaran sungainya pun kece, mulai dari hotel, gedung-gedung perkantoran, sampai kuil-kuil. Perhentian pertama Maharaj Pier, dermaga ini merupakan dermaga kelima dari Central Pier. Jalan kaki sekitar 10 menit mengikuti petunjuk jalan menuju Grand Palace akhirnya sampailah kami di perempatan jalan. Di depan udah ketemu tembok Grand Palacenya.



Attention, Please!
Eh tiba-tiba ada seorang pria bergaya parlente berumur sekitar 30 tahun. Dia bilang kalau Grand Palace tutup dan baru buka jam 2 siang. Hey, that's sounds familiar. Dari beberapa buku panduan dan milis yang saya baca, di sekitaran Grand Palace memang suka ada orang-orang yang berniat menipu, memberikan petunjuk arah yang asal, lalu menawarkan jasa pengantaran ke Grand Palace, tapi mampir-mampir dulu ke toko perhiasan, souvenir supaya orang berbelanja kesana, baru diantar beneran ke Grand Palace. Pria itu kemudian memberitahukan arah ke Grand Palace ke sebelah kanan, kami akhirnya ngikutin aja, masih sambil kebingungan dan akhirnya tanya kanan kiri dimanakah pintu masuk Grand Palace sebenarnya.

Di tengah jalan, kami ketemu dengan keluarga turis bule asal Amerika. Mereka bertiga juga kena tipu arah. Dibilang ke arah kanan, mereka pun menyusuri trotoar sampai jauh dan ketika ngga juga menemukan pintu masuk Grand Palace, mereka memutuskan untuk balik arah. Akhirnya bersama dengan keluarga si turis bule, kami ikutan putar balik, kembali ke perempatan dan ambil arah ke kiri. Benar saja kan, sekitar 100-150 meter di depan, kami menemukan pintu masuk ke Grand Palace. Pegel juga jalannya. Jadi, berhati-hatilah jika bertemu dengan pria parlente yang sok-sok memberitau arah ke Grand Palace. Kalau dari arah Maharaj Pier, ketika udah keliatan tembok grand Palace, ambillah jalan ke kiri.

Grand Palace
Sampai di Grand Palace ternyata tidak boleh menggunakan celana ketat. Memang ada aturan berbusana untuk kesana. Intinya pakailah pakaian yang sopan dan menutup aurat. Celana panjang, kaos berlengan atau rok selutut. Saya yang pakai legging terpaksa harus menyewa sarung. Berjalan menuju loket tiket, kami melihat turis cowok bule ganteng banget! Cowok bule ini punya tindikan dimana-mana dan scruffy face alias berjenggot dan bercambang. Lumayan jadi pemandangan indah diantara turis-turis Cina dan Jepang yang matanya segaris semua. Hehehe.. Urusan beli tiket kelar, kami langsung masuk. Tiket masuk Grand Palace seharga 400 baht udah termasuk tiket gratis ke Vimanmek Mansion.







Grand Palace terdiri dari beberapa bangunan, aula, paviliun dan lapangan. Merupakan kediaman resmi Raja Thailand jaman dulu, namun sekarang lebih sering digunakan untuk menggelar acara-acara kenegaraan. Beberapa staf kerajaan masih berkantor di Grand Palace. Sedangkan Vimanmek Mansion adalah tempat peristirahatan Raja Thailand. Diliat dari gambar-gambarnya sih kayanya kompleksnya sejuk banget. Maklum waktu itu kami memutuskan ngga ke Vimanmek Mansion karena terbatasnya waktu. Jadi ngapain aja di Grand Palace? Ya foto-foto dong tentunya. Termasuk foto sama si bule ganteng yang ketemu di loket tiket. Hahahaha. Omie emang jagonya deh, tanpa tedeng aling-aling dia menyapa si duo bule ganteng "Hai, Sir! May I and my friends over there take a picture with you?" Dan duo bule ganteng itu seketika bingung. Tapi mau-mau aja difoto. Fotonya bisa diliat di bawah ini ya. Ahahahaa..






Krisa Thai Food Restaurant
Kelar foto-foto dan panas-panasan di Grand Palace, jalan balik lagi menuju Maharaj Pier. Langkah terhenti ketika melihat jualan lucu-lucu di pinggir jalan. Ada cincin, magnet kulkas sampai snack yang menggiurkan. Berhubung lapar akhirnya sambil nyari tempat makan juga deh. Eh nemu tempat makan kecil banget, nyempil di ruko-ruko seberang Grand Palace. Begitu masuk hanya ada beberapa meja makan dan itu penuh. Tapi ternyata masih ada meja di lantai 2. Tangganya cukup terjal dan sempit tapi restonya bersih. Harga makanan ngga begitu mahal dan surprisingly rasanya enaaaakk. Saya makan Fried Rice Shrimp dan Stir Fried Chicken with Chasew Nut berdua sama Lulu. Saya membayar setengah porsi makanan dan minuman 95 baht. Kalau saya bilang ya, masakan Thai ini enak-enak semua deh, porsinya juga cukup mengenyangkan. Bahkan sate pinggir jalan yang 10 baht aja enak banget. Ngga susah nyari makanan enak, tapi nyari makanan benar-benar halal emang agak pe-er sih.






Menurut itinerary seharusnya dari Grand Palace, kami menuju Wat Pho dan Wat Arun lewat Chao Phraya Eh tapi ternyata Pongos udah ngga sabar mau belanja di Platinum Mall. Yasudah ngikut suara terbanyak, akhirnya kami menuju Platinum Mall. Balik ke Maharaj Pier, langsung menuju Central Pier. Ya kan tau gitu, kagak usah beli tiket terusan yaa... Nguukk. Dari Central Pier kami ke stasiun Saphan Taksin menuju stasiun BTS Siam untuk transit dan lanjut ke Chit Lom. Dari beberapa sumber yang saya baca, dari Chit Lom udah deket ke Platinum Mall, cuma karena dari stasiun ngga keliatan mall-nya akhirnya kami naik TukTuk. Keputusan yang tepat untuk naik TukTuk, karena ternyata kalau jalan kaki jauh juga pemirsa!

Platinum Mall
Platinum Mall memang sebelas dua belas sama ITC Kuningan. Barang-barang yang dijual sama persis. Bedanya, Platinum Mall lebih gede daripada ITC Kuningan. Dibagi dalam 3 zona utama, pengaturan lantai Platinum Mall amatlah sangat rapi. Misalnya 1 lantai isinya baju semua, lalu 1 lantai lagi isinya tas melulu. Baju dan aksesoris wanita tersebar di berbagai sudut. Widih kalau ngga inget besok-besok masih butuh duit sih udah abis-abisan tuh belanja disana. Di Platinum Mall ini aturannya, makin banyak belanja, harganya makin murah, cocok deh buat yang mau jadi reseller online shopping atau lebih baik kalau belanjanya berkelompok sama temen-temen sealiran fashion. Di mall ini pula saya ngeliat banyak turis dari Indonesia, mereka niat banget belanjanya sampai bawa-bawa tas beroda yang mirip koper untuk naro belanjaan. Lucunya, ketika saya melihat-lihat baju dan aksesoris, saya sering dikira orang Thai, karena mungkin perawakan orang Indonesia dan Thai yang mirip. Penjualnya langsung nyerocos pake bahasa Thai, dan saya cuma bengong, lalu ngomong "Sorry, how much for this?" dan lalu penjualnya pun "Oooh.. you're not Thai.." eehhmm...



Puas muter-muter, lagi-lagi kami saling tunggu-tungguan pas udah selesai. Platinum Mall tutup jam 5 sore, jadi kalau mau puas belanja sebaiknya datang dari pagi ya. Kaki pegel dan bawa tentengan belanjaan seabrek akhirnya jadi alasan untuk naik taksi ke tujuan berikutnya, bernarsis ria dengan superstar idola di Madame Tussauds Wax Museum!



Madame Tussauds Wax Museum
Di Asia Tenggara, Madame Tussauds Wax Museum ini hanya ada di Bangkok, makanya kami ngga menyia-nyiakan kesempatan untuk mampir. Berlokasi di Siam Discovery Mall, Madame Tussauds Bangkok punya koleksi patung lilin yang cukup lengkap, cukup bikin kami akhirnya mati gaya bingung mau pose apalagi ya. Hahahha. Berhubung dari Platinum kali ngga balik ke Lubd dulu, ya wajar dong kalo bawa segala macem tentengan kresekan belanjaan. Akhirnya mampir kamar mandi dulu, ada yang ganti baju, ada yang bedakan. Ya kan mau foto sama selebrita harus caem dong ya. Terus kantong kreseknya gimana? Titipin di loket masuk :p Untung orang yang jaga baik hati. Hehehe.. Tiket Madame Tussauds, kami beli juga di temennya Mely karena lebih murah dibandingkan published rate-nya, seharga 600 baht. Kalau mau foto sama bintang idola, triknya adalah ambil angle foto dari pandangan mata si patung lilin dan niscaya, kamu terlihat foto beneran dengan sang superstar. Ngga percaya? Nih liat foto saya sama Will Smith, kaya beneran Will smith kan? :p






Terlalu seru foto-foto bikin kami lupa diri. Alhasil keluar-keluar udah jam 9 malam. Toko-toko di Siam Discovery Mall udah tutup, begitupun restonya, padahal kami belum makan malam. Gawatnya, loket masuk Madame Tussauds pun udah tutup, dan belanjaan kami masih bertengger dengan manisnya di dalam situ. Nah lhooo..bayangin aja ya kaki udah pengkor seharian muter-muter, badan udah cape banget, laper, haus, mesti nyari petugas sekuriti untuk ngambil belanjaan. Cobaan oh cobaan. Akhirnya berhasil juga ngambil belanjaan, kakipun serasa diseret-seret saat melangkah keluar mall, mencari tempat makan dan akhirnya berlabuh di McDonalds MBK. Tinggal itu yang masih buka, itupun bentar lagi udah mau tutup :(


Saat itu yang dirasa adalah makanan McD itu endeus surendeuus beneeer. Padahal cuma makan Cheeseburger doang. Tapi kok kayanya pengen nambah. Ya emang laper ajeee. Di McD itu kami bertemu dan sempat ngobrol-ngobrol dengan keluarga asal Indonesia. Suami istri dan tiga anak mereka yang masih kecil-kecil, paling gede mungkin seumuran anak SD. Mereka emang doyan jalan-jalan, jadi sedari kecil anak-anak itu udah diajak keliling-keliling sama ortunya. Abis dari Bangkok, mereka akan meneruskan perjalanan ke Malaysia dan Singapore. Wuih..seru. 


Sampai Lubd masih ada 1 kegiatan yang mesti dilakukan, yaitu packing! Yup. Besok malamnya kami udah harus balik ke Jakarta. Packing ini ceritanya juga seru. Bayangin kamar dorm yang sempit itu, diisi 4 orang beserta koper-koper yang kebuka dan beragam kantong kresek belanjaan. Omie yang beli cat tower (menara buat tempat main kucing peliharaan) di Chatuchak pun memutar otak untuk ngebungkus cat tower itu biar ngga rusak. Malem-malem akhirnya menyambangi 7-11 untuk minta kardus kosong, minjem selotip dan gunting dari lobby, dan berhasil dibungkus dengan rapi. Sayang, ngga sempet difoto hasil perjuangan packing-nya.


PS: foto-foto diambil dari digicam Choco, Lulu dan Omie. Terimakasiiihhh :)
Read full post »

pongos jadi turis di Bangkok - part 2

0 comments
Selamat pagi, Bangkok! Berdasarkan rencana di itinerary yang udah dibuat dan disetujui, hari ini kami mau belanja sepuasnya di Chatuchak Weekend Market. Saat berangkatjam 09.00 dari Lubd, langit Bangkok agak mendung. Tapi mendungnya langit tentu ngga melunturkan semangat kami untuk borong belanjaan dong! Melihat Bangkok di pagi hari mengingatkan saya akan Jakarta. Ya, kota ini begitu mirip dengan Jakarta, tak hanya karena perawakan orang-orangnya yang mirip dengan orang Indonesia. Tapi juga suasana kotanya, macet di pagi hari, mobil yang seradak-seruduk terburu-buru. Suhu udara pun hampir sama, hanya saja Bangkok memiliki tingkat kelembapan udara yang lebih tinggi daripada Jakarta. Bangkok membuat saya cepat betah. Perhatian saya kemudian teralihkan karena ternyata stasiun BTS MoChit udah dekat. Untuk ke Chatuchak ada beberapa pilihan transportasi. Bisa naik BTS atau MRT. Kami memilih menggunakan BTS. Naik dari National Stadium, transit di Siam lalu melanjutkan perjalanan sampai ke stasiun MoChit (35 baht). Dari situ jalan kaki sedikit melintasi Chatuchak Park dan deretan penjual makanan pinggir jalan. Dan masuklah ke Chatuchak Weekend Market.

Chatuchak Weekend Market 
Is one of the must visit place in Bangkok. Namanya weekend market, bukanya ya cuma hari sabtu dan minggu. Makanya kalau belanja jadi tujuan utama jalan-jalan ke Bangkok, jangan lupa pas beli tiket ke Bangkok, harus kena hari sabtu dan minggu ya, biar bisa ke Chatuchak. 

Kenapa Chatuchak jadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi kalau ke Bangkok? Karena segala macam barang bisa ditemukan di sini. Dengan 27 section dan 15.000 booth yang buka di pasar ini, bisa dibayangkan kan, betapa besarnya dan beragamnya barang jualan? That's why, 1 hari itu ngga cukup untuk mengeksplor seluruh section di Chatuchak. Paling banyak memang booth yang berjualan baju dan aksesoris, tapi kalau mau cari oleh-oleh, peralatan rumah tangga, perabotan sampai perlengkapan untuk hewan peliharaan di Chatuchak juga ada, tentunya dengan harga yang sangat murah. Apalagi kalau belinya borong. Nawarnya bisa sampai setengah harga! 

Kalau ke Chatuchak jangan lupa bawa peta Chatuchak, bisa diambil di pusat informasi yang terletak di dekat pintu masuk utama Chatuchak. Datangnya sebaiknya dari pagi, kalau bisa pas pasar baru buka, udah standby di sini. Lumayan kalau dapat harga penglaris :p Rata-rata pedagang di Chatuchak mengerti bahasa Inggris, jadi ngga perlu khawatir bakal lost in translation. Beberapa booth juga udah men-display harga barang yang dijualnya. Meskipun Chatuchak termasuk pasar tradisional, tapi hampir tidak ditemukan daerah becek dan sampah yang berserakan. Booth-booth jualannya ditata apik dan kebersihannya pun terjaga. Preman-preman pasar pun hampir tidak ditemukan. 

Sempet-sempetnya sebelum masuk ke area Chatuchak, kami beli paha ayam goreng yang dijual di pinggir jalan, sekalian nambah-nambah sarapan. Enaaakk, harganya hanya 12 baht aja :) Masuk ke Chatuchak, bengong-bengong deh kami. Bingung mau kemana, walaupun udah bawa peta Chatuchak. Akhirnya kami membuat kesepakatan untuk jalan sendiri-sendiri atau berdua-dua, pokoknya jam 12 harus berkumpul di menara jam (clock tower)




Clock Tower, Chatuchak Weekend Market
Menara jam adalah landmark dari Chatuchak. Lokasi menara yang berada di tengah pasar menjadi tempat yang ideal untuk dijadikan meeting point. Tanpa babibu lagi, kami langsung menyebar. Pertama keliling, saya masih malu-malu untuk belanja, masih liat kanan kiri, jalan-jalan sambil ngetek-in tempat-tempat baju lucu. Lalu saya menemukan sebuah 'oase', surga belanja di dalam surga belanja. Hehehe. Jadi ceritanya saya menemukan section khusus yang menjual baju-baju kreasi para desainer muda dengan tampilan toko yang lucu-lucu. Kenapa saya tau itu dibuat oleh desainer muda? Karena desain dan potongan bajunya nyeleneh-nyeleneh, asimetris lah, tabrak warna dan motif, unik! Ngga kalah sama baju-baju di area Level One-nya Grand Indonesia. Mendadak langsung kalap. Rasanya pengen dibeli semua tuh baju-baju.








Selain baju kreasi desainer muda, baju-baju yang dijual di Chatuchak itu bukan sembarang baju. Sering ke ITC Kuningan kan? Nah, baju-baju Chatuchak itu baju-baju yang banyak dijual di ITC Kuningan, berbahan chiffon, warna warni, dengan harga jauuuhhh lebih murah. Bayangin aja, ada baju-baju chiffon yang kalau di Jakarta harganya 150.000-an, di Chatuchak baju tersebut dijual mulai dari 100 baht alias 30.000 aja kakaaaak. Gimana ngga mau borong? :p 








Saman Islam
Tak terasa waktu udah menunjukkan pukul 12.00. Saatnya berkumpul di menara jam. Banyak yang masih asyik belanja, akhirnya baru lengkap jam 1-an. Di deket menara jam ada rumah makan Thailand muslim. Namanya Saman Islam. Dan siang itu restonya penuuuuhh banget, yang ngantri panjang. Mungkin karena banyak muslim yang berbelanja di Chatuchak? Atau memang makanannya enak? Ternyata karena makanannya enak, saudara-saudara! Saya memesan Tom Yam Seafood tanpa nasi dan Thai Iced Tea. Autentik Thailand bener deh makanannya, biarin saya kan anak mainstream :p. Pongos yang lain ada yang makan Pad Thai, Nasi Goreng, Nasi Kari, dan lain-lain. Yes, Tom Yam Seafoodnya juara banget! Enaaaaakkk. Perpaduan rasa gurih dan asam kuahnya menyatu sempurna dengan kesegaran seafood-nya. Ada udang, cumi, ikan. Thai Iced Tea nya juga endeus bener rasanya, manisnya pas dan ngga terlalu kental. Ngga ngerti deh itu beneran rasanya enak apa ada pengaruh juga dari cape dan haus abis keliling-keliling Chatuchak. Hehehe. Pokoknya rumah makan ini bisa jadi salah satu pilihan yang oke kalau mau makan di tengah-tengah aktivitas belanja. 





Selesai makan, bikin kesepakatan lagi untuk ketemu di menara jam pukul 17.00. Belanja pun dilanjutkan kembali, kali ini saya berpasangan dengan Lulu, soalnya mau sekalian patungan nyari oleh-oleh untuk anak-anak kantor. Berhubung udah makan banyak, tenaga bertambah dua kali lipat, dan untungnya belanja jadi cepet, karena udah tau mau beli apa dan kemana. Jam 5 lewat dikit, saya dan Lulu sampai di menara jam. Lagi-lagi belum ngumpul semua. Yaudah mau ngga mau harus nunggu. Selama di Bangkok, kami memang ngga beli sim card lokal, karena nyari di 7-11 susah, sempat nemu booth-nya di Chatuchak, yang jaga ngga bisa bahasa Inggris. Yaudah jadi kalau mau kumpul bener-bener harus tepat waktu, mengandalkan telepati dan sabar menunggu. Akhirnya mulai pada datang. Tapi tetep ya namanya juga cewek-cewek doyan belanja, deket menara jam ada booth jualan baju lumayan lucu, sambil nunggu yang lain datang, saya dan Mely masih sempet-sempetnya beli sepotong baju :D 

Akhirnya baru bener-bener keluar dari Chatuchak sekitar jam 18.30. Kaki pengkor, keringetan, lecek bener deh, mesti buru-buru balik ke Lubd karena kami mau nonton aksi LadyBoy di Calypso Cabaret malamnya. Tiket nonton LadyBoynya beli di temennya Mely yang tinggal di Bangkok dan kerja di perusahaan travel seharga 500 baht, lumayan harganya lebih murah daripada harga yang di-publish di internet. Balik ke Lubd naik BTS lagi. Kebetulan di stasiun BTS MoChit itu ada telepon umum, Mely menghubungi temennya untuk atur ketemuan ambil tiket, mereka setuju untuk ketemu di lobby Lubd. 

Sampai di Lubd, siap-siap mandi. Eeeeh, Mely bikin cerita, baru sadar dia, salah satu belanjaannya ada yang ilang. Sepertinya ketinggalan di tempat telepon umum di stasiun BTS MoChit. Hayaaahh. Ditemenin sama temennya, Mely pun balik lagi menelusuri perjalanan dari Chatuchak ke Lubd. Dan hasilnya nihil, belanjaannya ngga ketemu, padahal belanjaan yang ilang itu adalah tas tangan oleh-oleh untuk ibunya.  Celaka dua belas.


Siam Square
Perut mulai lapar. Atas rekomendasi temennya Mely, kami memutuskan untuk mengunjungi pusat jajan kaki lima di Siam Square. Naik TukTuk dari depan Lubd, karena udah ngga kuat jalan kaki. Sampai di Siam Square, tempatnya kosong, saudara-saudara. Nah lho. Tanya kanan kiri ternyata hari itu memang pas banget harinya pusat jajan kaki lima itu tutup lebih awal. Duh, sial amat ya. Berhubung waktu semakin mepet dengan jam mulainya pertunjukan Calypso Cabaret, kami akhirnya memutuskan untuk langsung berangkat ke Asia Hotel, lokasi pertunjukan Calypso Cabaret, dengan taksi. Baru jalan ke halte, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Haduh, cobaan demi cobaan ngga kelar-kelar, kayanya ada aja yang menghalangi kami untuk nonton aksi LadyBoy, apa emang ngga boleh ya? Tapi untungnya kami cepat dapat taksi, langsung nyuruh sang supir untuk tancap gas. Makin panik pas sadar saat itu jalanan yang tergenang air mulai macet. 



Calypso Cabaret
Kami berhasil sampai di Asia Hotel tepat waktu! Buru-buru nukerin tiket di loket dan masuk ke tempat pertunjukkan. Tiket nonton udah termasuk gratis minuman. Berhubung abis ujan-ujanan saya memesan teh hangat. Aksi LadyBoy sungguh memukau. Mengocok perut tapi tetap berkelas, para LadyBoy itu ternyata benar-benar bertalenta, gemulai menari, maksimal dalam berakting. Koreografinya keren, kostumnya pun niat-niat banget. Dan lagi-lagi saya kagum sama tubuh mereka. Maaaakk.. kakinya pada mulus dan langsing-langsing bangeeeettt, pinggul bak gitar spanyol, bagian dada pun membusung dengan indahnya, sedangkan bentuk alat kelamin prianya udah tak terlihat. Amboy deh, bener-bener lebih cantik dari cewek tulen. Kabarnya aksi LadyBoy di Pattaya lebih keren, LadyBoynya juga lebih cantik-cantik. Tapi berhubung kami ngga sempat ke Pattaya, Calypso Cabaret ini cukup memuaskan rasa penasaran kok. 










Coco Walk
Perut makin keruyukan akibat belum makan, untung aja di seberang Asia Hotel ada food court Coco Walk yang didominasi oleh bar-bar. Bentukannya seperti Kemang Food Fest kalau di Jakarta. Langsung meluncur kesitu, untungnya ada resto yang masih buka. Lumayan juga makanannya, walaupun harganya agak mahal. Kelar makan langsung balik ke Lubd naik taksi.


*PS: Lagi-lagi karena belum punya digicam, jadi foto-foto di postingan ini saya ambil dari kamera Choco, Lulu dan Omie. Makasih yaa.. hihhihi..
Read full post »

pongos jadi turis di Bangkok - part 1

3 comments
The Beginning
Ini cerita tentang kami tujuh perempuan, The Pongos, yang pergi ke Bangkok saat libur Lebaran tahun lalu, hampir 11 bulan yang lalu. Seperti biasa, liburan ini diawali dengan tindakan impulsif membeli tiket murah low cost airlines ber-tagline everyone can fly” di tengah tahun 2010. Awalnya yang beli tiket cuma saya, Lulu dan Omie. Beberapa bulan setelah itu menyusul Choco, Mely dan Ditha yang ikutan kepengen ke Bangkok. Terakhir Anggie yang beli tiket sebulan sebelum tanggal keberangkatan.


Seperti biasa pula, ketika tiket udah ditangan, saya langsung semangat membuat itinerary. Diawali dengan bertanya di grup Blackberry The Pongos. "Mau kemana aja nih kita di Bangkok?" Dari request-request The Pongos itulah saya bikin itinerary, sambil browsing, sambil nanya orang-orang yang sudah pernah ke Bangkok, sambil cek-cek database milis backpacker, sambil baca buku panduan Bangkok-nya mas Sonson NS. Revisi demi revisi sampai akhirnya...Voila! jadi deh tuh itinerary 4 hari 3 malam di Bangkok. Kenapa kami memilih pergi di tanggal 10-13 September 2011, seminggu setelah libur lebaran? Pertama, karena seminggu setelah Lebaran aktivitas kantor masih belum kembali normal sepenuhnya, masih santai. Kedua faktor uang dong. Lebaran kan dapet THR, lumayan buat nambah-nambah budget belanja di Bangkok.

Untuk tiket CGK-BKK PP, saya, Lulu dan Omie berhasil mendapatkan tiket per orang seharga Rp830.000 sudah termasuk bagasi dan pilih kursi. Kebetulan pas web check-in kami dapat kursi mencar-mencar. Berhubung perjalanan cukup lama, agak garing ya kalau duduk di sebelah orang asing. Jadilah kami memilih kursi biar duduknya bisa deketan.  

Jakarta - Bangkok
Hari keberangkatan pun tiba. Maskapai merah tersebut memang hanya punya sekali sehari penerbangan ke Bangkok Jadi, cuma ada satu waktu keberangkatan jam 16.35. Kami berkumpul di terminal 2D bandara Soekarno-Hatta jam 15.00. Yang paling heboh bawa koper adalah Choco. Asli! Dia bawa koper segede dosa, saking gedanya! Emang mau belanja apa sih, Choc? :p Masing-masing dari kami juga udah siap bawa bekal cemilan buat di pesawat. Perjalanan selama kurang lebih 3.5 jam ini lumayan bikin perut kruyukan kalau ngga bawa makanan. Maklum, naiknya budget airlines yang ngga dapat snack gratis. Mau beli makanan di pesawat tapi kok agak mahal juga ya. Hari itu pesawat kami berangkat tepat waktu. Di udara pun tak ada gangguan yang berarti. Dan kami sampai dengan selamat di Bangkok. Sawatdeekaaaa!




Koper merah itu adalah kopernya Choco yang bikin heboh


Svarnabhumi Airport, Bangkok
Sampai di Svuarnabhumi Airport sekitar jam 8 malam, kami tercengang norak. Bandaranya kece aja, modern, bersih dan ngga berbau. Tanpa tedeng aling-aling kamera pun dikeluarkan, dan segeralah sesi foto-foto dilakukan sambil jalan menuju counter imigrasi yang jauhnya cukup bikin kaki pegal. Kelar masalah imigrasi, kami pun segera mencari petunjuk menuju stasiun Airport Rail Link (kereta cepat). Dari hasil browsing-browsing dan tanya kanan-kiri, inilah moda transportasi tercepat untuk sampai ke kota Bangkok. Dari stasiun terakhir Airport Rail Link bisa langsung menyambung naik BTS (Bangkok Train Sky). Tak beda dengan bandara di negara maju, Svarnabhumi punya akses langsung dengan berbagai moda transportasi menuju ke tengah kota. Mau naik kereta cepat, bis, taksi atau sewa mobil, tinggal ikuti petunjuknya, biasanya moda transportasi tersebut berada di lantai yang berbeda. 





Perjalanan dengan Airport Rail Link menuju daerah Siam tempat hostel kami, ditempuh selama kurang lebih 1 jam. Sesuai petunjuk yang diberikan oleh pihak hostel, kami turun di stasiun akhir Airport Rail Link Phaya Thai (Suvarnabhumi - Phaya Thai: 45 baht), menyambung BTS ke stasiun Siam, transit dan lanjut BTS lagi sampai ke stasiun National Stadium (Phaya Thai - Siam - National Stadium 30 baht). Disini kami lagi-lagi tercengang melihat betapa kecenya moda transportasi umum Bangkok. Tepat waktu, bersih dan nyaman. Sempat ribet waktu transit-transit stasiun BTS karena kami harus berulang kali beli tiket sambil geret-geret koper, kebayang kan pe-ernya. 






Bule di sebelah Mely itu ganteng banget lho asli!


Sampai di stasiun BTS National Stadium bingung mau keluar lewat pintu yang mana. Untung aja petugas stasiunnya baik-baik, mereka sepertinya tau kalau kami turis kebingungan (ya iyalah tau, muka kami cengo sambil geret-geret koper gitu). Bahasa Inggris mereka memang tidak begitu lancar, tapi terlihat sekali kalau mereka berusaha membantu turis sebisa mereka. Akhirnya saya sodori aja voucher bookingan hostel. Ternyata oh ternyata pemirsa, hostel pas berada tepat di depan stasiun BTS National Stadium. Tinggal turun tangga dan itulah dia! Lokasinya kece banget. Selain depan-depanan langsung sama stasiun BTS, jalan kaki dikit dari hostel udah nemu 7-11 yang beroperasi 24 jam. Jadi ngga perlu khawatir kalau mendadak laper tengah malam. Jalan kaki dikit lagi udah nemu perempatan di tengah-tengah pusat perbelanjaan Bangkok. Ada MBK Center, Siam Discovery, Siam Center, Siam Paragon, Central World Plaza lalu dekat juga dengan Bangkok Art and Culture Center dan Jim Thompson House. Wow! Sambil menunggu urusan check in, kami duduk leha-leha di lobby. Lucunya di lobby hostel, ada display moncong TukTuk, moda transportasi khas Thailand. TukTuk ini bentuknya seperti bajay hanya lebih besar ukurannya. Dinamakan TukTuk karena bunyi mesinnya saat dinyalakan, yaitu tuk tuk tuk tuk tuk :p Moncong TukTuk ini jadi tempat foto-foto yang pas.






Lubd Siam Square Hostel
Hostel yang kami pilih sebagai tempat menginap selama 3 malam 4 hari adalah Lubd Hostel (dibaca: labdi). Dalam bahasa Thailand, Lubd artinya tidur nyenyak. Lubd punya 2 cabang. Ada di daerah Silom dan Siam Square. Karena kami mau belanja-belanja dipilihlah Lubd Siam Square. Pas banget sama namanya, selama 3 malam 4 hari kami bermalam disana, kami bisa tidur nyenyak. Walaupun saat kami kesana sedang ada proyek pembuatan gedung di sebelah Lubd, tapi untungnya ngga sampai mengganggu kenyamanan tidur. Lubd ini merupakan salah satu hostel yang diperuntukkan untuk para budget traveler berusia muda. Terlihat dari desain interiornya yang modern dan cenderung ke minimalis. Ini pertama kalinya saya dan Pongos nginep di youth hostel. Tau youth hostel ini dari Dnda yang beberapa bulan sebelumnya pergi ke Bangkok. 




Berhubung budget pas-pasan kami memilih menginap di kamar tipe dorm khusus untuk wanita. Satu kamar ber-AC berisi 4 tempat tidur, kamarnya memang agak sempit tapi nyaman dan terjaga kebersihannya. Cat temboknya dibikin girly, dengan dominasi warna pink. Setiap kamar dicat dengan desain gambar yang berbeda-beda lho. Dalam kamar disediakan lemari, colokan untuk charger dan selimut. Satu tempat tidur jatahnya 1 lemari, 3 colokan charger dan 1 selimut, untuk handuk bisa sewa kalau ngga bawa. Kamar mandinya diluar dan sharing sama penghuni dorm lainnya. Tapi bersihnya ngga kalah sama hotel bintang 3 deh. Bersih bangeeettt. WC dan shower dipisah, di tengah-tengah kamar mandi ada wastafel untuk cuci tangan dan sikat gigi. Disediakan pula cermin yang sangat besar dan colokan untuk hair dryer, pokoknya kamar mandi itu dibikin untuk mengakomodasi kebutuhan cewek. Para penghuni dorm pun cuek aja dari kamar mandi ke kamar cuman pakai handuk doang. Wong 1 koridor isinya cewek semua. Hehehhe.




Youth hostel kece ini juga menyediakan ruang untuk merokok di teras luar, mesin cuci untuk nyuci baju, meja permainan di teras belakang (dimana di meja tersebut diletakkan catur, aneka board game), common room dengan tv layar datar dan beragam dvd yang bisa ditonton secara gratis (sayangnya saya ngga sempet ngeliat langsung ke common room ini karena lokasinya yang ada di lantai 2 Lubd), tempat penitipan tas dan koper (berguna kalau udah check out, tapi flight kita berangkat malem, jadi masih bisa jalan-jalan dulu kan) free wifi access sampai ke kamar, dan 8 komputer untuk akses internet gratis di lobby. Lengkap! Dengan membayar biaya menginap per malam seharga 400 baht, kekurangannya hanyalah, dengan harga segitu tidak termasuk sarapan. Untungnya di sekitaran Lubd banyak hawker-hawker yang menjual snack dan bisa juga beli sarapan di 7-11. Staf Lubd pun ramah-ramah dan masih muda-muda. Saat booking Lubd melalui email, saya langsung diberikan feedback, mereka sangat kooperatif.







Marina HK Restaurant
Setelah segala urusan check in dan membayar deposit untuk kunci kamar beres, kami ber-7 segera unpacking dan bersih-bersih. Berhubung belum sempat makan malam, akhirnya kami siap-siap keluar lagi deh, nyari makan. Saat itu udah lewat dari jam 10 malam, jadi udah agak sepi jalanan di sekitaran Lubd. Jalan ke arah perempatan Siam, kami akhirnya menemukan resto Chinese Food yang buka 24 jam, Marina HK. Makanannya macem-macem ada bubur, ada seafood, ada masakan khas Thai lainnya, dan ya ada masakan yang mengandung babi juga. Tapi berhubung lapar, yasudahlah ya. Yang penting ngga dimakan babinya. Hehehe. Saya memesan kwetiauw dan minum air mineral (78 baht). Cukup mahal juga harganya, mungkin karena harga tersebut udah termasuk biaya untuk menggaji karyawan shift malam kali ya. Di sekitar resto Chinese Food tersebut ada booth-booth yang menjual baju-baju cewek. Radar belanja mulai nyala nih, tapi berhubung udah malem, booth-booth tersebut udah siap-siap tutup. Selesai makan, berhubung udah ngga ada lagi yang bisa dilihat, kami pun balik ke Lubd dengan berjalan kaki. Dan segera tertidur sampai kamar karena esok harinya kami mau shopping di Chatuchak Weekend Market! Yiihhaaa.. 

*PS: Berhubung saat ke Bangkok saya belum punya digicam, jadi semua foto-foto di postingan ini saya minta dari kamera Choco dan Lulu. Makasih ya, Choco dan Lulu, foto-fotonya :) Tulisan Choco tentang Bangkok bisa dibaca disini ya :) 
Read full post »
 

Copyright © the journey of one amateur flashpacker Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger